Disusun Oleh:
1. Anandya Deasyandra /
37411761
2. Dika Mandala
Putra / 32411076
3. Rizky Ananda
Putra / 36411365
Kelas: 3ID04
Merkuri
atau yang biasa masyarakat sebut dengan air raksa merupakan salah satu jenis
logam yang berbahaya untuk manusia dan lingkungan sekitar. Namun sayangnya,
tanpa disadari penyalahgunaan zat berbahaya ini masih lumrah dilakukan di
kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat yang melakukan
penyalahgunaan merkuri ini belum memikirkan dampak merkuri yang sebenarnya
sangat membahayakan makhluk hidup. Salah satunya adalah penggunaan merkuri
dalam melakukan kegiatan penambangan emas dengan cara tradisional.
Masyarakat yang melakukan kegiatan
penambangan emas tradisional ini menggunakan merkuri untuk menangkap dan
memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan. Lalu endapan merkuri
disaring dengan menggunakan kain untuk mendapatkan sisa emas. Cara penambangan
emas ini terlihat sederhana namun sayangnya para penambang emas tidak
memperhatikan limbah yang dihasilkan dari kegiatan yang dilakukannya hampir
setiap hari. Karena penambang emas tidak mempedulikan air sisa penambangan yang
sudah dipastikan mengandung merkuri dan membiarkannya mengalir ke sungai dan
para petani di sekitar memanfaatkan air sungai ini sebagai irigasi untuk lahan
pertaniannya. Bayangkan saja penyebaran merkuri ini kepada hasil pertanian yang
dimakan oleh orang banyak.
Aliran sungai juga pastinya akan
berakhir di laut dan hal ini merupakan hal yang paling mengkhawatirkan karena
merkuri pasti akan mencemari biota laut seperti karang, ikan, dan semua makhluk
hidup yang hidup di laut. Ikan yang berada di sepanjang aliran sungai dan laut
juga pada akhirnya akan dikonsumsi oleh manusia dan kandungan merkuri pada
tubuh ikan akan ikut termakan oleh manusia.
Salah satu contoh kasus pencemaran
merkuri yang disebabkan oleh penambangan emas ini adalah pencemaran di daerah
Sukabumi, Jawa Barat tepatnya di sepanjang Sungai Cibangban, Pelabuhan Ratu
yang bermuara ke pantai. Kasus ini sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu namun
dampaknya, tanpa disadari, akan berlanjut hingga masa depan.
Pada hari Rabu tanggal 5 Juli tahun
2006 silam, Wakil Bupati Sukabumi, Marwa Hamami telah mengakui adanya
pencemaran merkuri yang disebabkan karena kegiatan penambangan emas. “Kami menerima informasi dari petugas puskesmas di lapangan bahwa benar
pencemaran mercuri akibat penggunaan air raksa yang dilakukan warga setempat
untuk menambang emas di pesisir pantai itu,” ujar Marwan, di Pendopo Sukabumi.
Pencemaran merkuri di Sukabumi
tersebut menyebabkan sejumlah warga yang bekerja sebagai penambang emas mulai
mengalami gangguan kulit. Bukan hanya penambang emas saja, namun warga yang
tinggal di sekitar Sungai Cibangban juga mengalami keluhan yang sama. Ada warga
yang sampai menderita kulit melepuh dan warna kulit menjadi berbintik-bintik.
Berdasarkan laporan dari Tribun, penambangan emas di pantai dan
kawasan Sungai Cibangban telah dilakukan oleh warga selama tiga bulan, setelah
warga menemukan bahwa pasir di Pantai Cibangban terdapat serbuk emas.
Penambangan dilakukan tiap air surut.
Menurut seorang
dosen FMIPA UI, Dr. Rer Nat Budiawan dari Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan
Lingkungan Universitas Indonesia menanggapi kasus di Sukabumi tersebut, merkuri
dapat memasuki tubuh manusia dengan 3 cara, yaitu melalui kulit, pernapasan,
dan lewat makanan. Bila merkuri masuk ke tubuh manusia melalui kulit maka akan
menyebabkan reaksi alergi berupa iritasi kulit. Iritasi inilah yang dialami
oleh para warga di sekitar Sungai Cibangban. Reaksi iritasi ini merupakan
reaksi jangka pendek, yang dapat dirasakan tidak dalam jangka waktu yang lama.
Merkuri yang masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan lebih berbahaya lagi,
karena dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapasan dan paru-paru. Yang
lebih berbahayanya lagi, saraf juga bisa ikut rusak, hal ini yang dikatakan
oleh Budiawan.
Dalam jangka waktu yang panjang,
sekitar bulanan atau tahunan, kadar merkuri yang besar yang sudah menumpuk
dapat mengganggu fungsi ginjal atau sering disebut nefrotostik.
Selain pada manusia dan hewan,
dampak merkuri juga dapat berpengaruh pada tumbuhan karena merkuri dapat
mengurangi jumlah klorofil tanaman hijau, dan sebagaimana telah kita ketahui
tanaman dapat menghasilkan oksigen untuk pernapasan manusia. Selain pada
klorofil, merkuri juga dapat mengurangi pertumbuhan tanaman, merusak
pertumbuhan akar dan daun, bahkan mematikan tanaman.
Setelah
mengetahui bahaya dari penggunaan merkuri, dapat dibayangkan bahwa dampak yang
dihasilkan sangatlah kompleks. Oleh karena itu, untuk masyarakat yang melakukan
penambangan dengan menggunakan merkuri agar lebih memahami dampak berbahaya
tersebut. Walaupun penggunaan merkuri dilakukan karena kurangnya pengetahuan
dan alat dari para penambang, penambang yang ada di Indonesia sebaiknya merubah
cara penambangan sehingga tidak perlu menggunakan merkuri.
Sumber:
http://www.mineraltambang.com/dampak-pencemaran-merkuri.html
http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=67