Minggu, 31 Mei 2015

Tugas Etika Profesi #3

Nama   : Anandya Deasyandra
NPM   : 37411761
Kelas   : 4 ID04


RESENSI JURNAL PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO TS 16949 DALAM PERAKITAN BOLT HUB DI POROS PENGGERAK TOYOTA AVANZA PADA PT. XYZ


            PT. XYZ adalah sebuah perusahaan yang memproduksi spare parts yaitu propeller shaft dan rear axle. Pada proses produksi rear axle, terdapat poros penggerak yang akan dirakit dengan bolt hub untuk jenis Toyota Avanza. Namun, pada perakitan tersebut terdapat banyak jenis kecacatan. Maka dari itu, penerapan sistem manajemen mutu berbasiskan ISO dan sertifikasinya khususnya ISO TS 16949 sangat tepat dilakukan pada PT tersebut. Tujuan dari penerapan ISO tersebut adalah agar mutu produksi sesuai harapan dan kebutuhan konsumen. Penerapan ISO 16949 di PT. XYZ baru dijalankan sejak tahun 2009.

            Menurut SNI 19-9000:2000, kualitas adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam memenuhi persyaratan. Kualitas dari suatu produk dilihat dari 4 dimensi utama, yaitu kinerja, keandalan, performansi, dan kesesuaian. Kualitas dari sudut pandang konsumen dan produsen berbeda, dimana konsumen lebih melihat dengan kebutuhan dan penggunaan sementara produsen lebih melihat kesesuaiannya dengan standar. Standar inilah yang disesuaikan dengan tiap jenis perusahaan.

            Secara prinsip, ISO/TS-16949 berisikan persyaratan untuk membangun sistem manajemen mutu dan persyaratannya mengambil persyaratan ISO-9001. Perbedaannya ISO-9001 adalah sebuah standard sementara ISO/TS-16949 adalah technical specification dilihat dari bentuknya.Selain itu, ISO/TS-16949 sudah dikhususkan untuk organisasi atau perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif.

            Beberapa manfaat tambahan dari penerapan ISO/TS-16949 adalah untuk menurunkan pemborosan dan menurunkan variasi produk. Penurunan pemborosan didapat dari penurunan produk yang gagal, proses yang tidak lancar, pengaturan lay-out, dan tingkat stok berlebih. Pengendalian variasi produk dilakukan dengan menggunakan statistical process control. Semua hal tersebut diatur dalam ISO/TS-16949.

            Selain manfaat tambahan, terdapat beberapa persyaratan tambahan dibandingkan ISO-9001 yaitu:
1.        Penetapan sasaran dan target
2.        Penetapan kepuasan pelanggan
3.        Perbaikan terus-menerus
4.        Analisis Data
5.        Memastikan kesesuaian dengan persyaratan dan peraturan perundangan
6.        Tinjauan manajemen dilakukan untuk memonitor sasaran mutu yang stategis dan kinerja sistem.
7.        Verifikasi proses
8.        Penetapan dan pemeliharaan Plant, Peralatan, dan Fasilitas
9.        Review efektivitas dari pelatihan

Sebagai tambahan, TS 16949 adalah Technical Specification nomor 16949 yang dikeluarkan oleh badan ISO sebagai sistem manajemen mutu untuk industri otomotif. TS 16949 dibuat oleh International Automotive Task Force (IATF) dan Japan Automobile Manufacture Association Inc (JAMA) dengan dukungan suatu komite dari ISO, yaitu komite ISO/TC 176. ISO/TS 16949 menggantikan QS9000 dan quality system lainnya yang disyaratkan oleh masing-masing industri otomotif. Dengan adanya penggabungan quality management system dari berbagai industri otomotif ini, suatu industri otomotif cukup menerapkan satu quality system meskipun memproduksi produk untuk berbagai customer.

Keuntungan dari TS 16949 : 
1.        Perbaiki kualitas produk dan proses
2.        Dapat menerapkan teknik terbaik dari industri otomotif secara keseluruhan.
3.        Menambah keyakinan untuk mengembangkan sampai ke dunia internasional.
4.        Menyediakan pendekatan sistem mutu global untuk mengembangkan vendor dan memastikan konsistensinya
5.        Mengurangi variasi dan meningkatkan efisiensi

Berikut adalah 8 Prinsip dari ISO TS 16949 :
a. Prinsip 1 Kepuasan Pelanggan
b. Prinsip 2 Kepemimpinan
c. Prinsip 3 Melibatkan Orang-orang
d. Prinsip 4 Proses Pendekatan
e. Prinsip 5 Pendekatan Peningkatan System Manajemen terus menerus
f. Prinsip 7 Berdasarkan Fakta untuk Pengambilan Keputusan
g. Prinsip 8 Saling Menguntungkan Hubungan Penyalur  

Penerapan ISO TS 16949 pada PT. XYZ dapat dilihat pada instruksi kerja yang dibuat di bagian produksi. Instruksi kerja tersebut adalah:
1.        memperhatikan lampu indikator yang menyala sesuai dengan tipe untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pengambilan part,
2.        mengambil poros penggerak sesuai lampu indicator agar tidak terjadi ketidaksesuaian dengan housing yang akan dirakit
3.        mematikan lampu indikator
4.        Mengambil bolt hub (10 buah untuk IMV dan L300, 12 buah untuk TBR 54 100) kemudian dipasang sesuai dengan tipe
5.        Memasang poros penggerak pada lower jig kemudian press bolt hub.
6.        Mengangkat poros penggerak ke meja station kemudian ambil 2 pieces outer bearing dan pasang pada poros penggerak RH dan LH. Hal yang harus diperhatikan yaitu memastikan outer bearing dengan tipe dan dipasang dengan benar untuk mencegah kecacatan saat dirakit.
7.        Ambil 2 pieces bearing dan pasang pada axle.
8.        Memasang IRB pada kedua poros penggerak khususnya model CJM dan CJ. L300. TBR (yang tidak dioven)

Hasil dari penelitian yang dilakukan pada proses perakitan poros penggerak dengan bolt hub di PT. XYZ diketahui bahwa kecacatan yang sering terjadi dalam jumlah belasan, namun pada tingkat kecacatan yang paling tinggi ada beberapa faktor. ISO 16949 telah diterapkan sejak tahun 2009, namun proses aktual di lapangan belum sesuai dengan ISO 16949. Pada perakitan bolt hub tersebut, terdapat standar pada instruksi kerja sesuai dengan ISO 16949, namun instruksi pekerjaan masih belum diperbaharui. Tindakan perbaikan dan pencegahan yang ada dibuat untuk menurunkan tingkat kecacatan yang terjadi, sehinga proses perakitan akan lebih cepat dan menghasilkan produk sesuai dengan target yang direncanakan. Perbaikan terus menerus dilakukan dengan cara memantau sumber daya manusia, material, mesin, metode dan lingkungan.

Sumber:
Isabella, Syarifanti. 2011. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO TS 16949 Dalam Perakitan Bolt Hub di Poros Penggerak Toyota Avanza pada PT. XYZ. Jurnal, Teknik Industri, Universitas Gunadarma.    





Kamis, 30 April 2015

Arti Sarjana dan Arti Kejujuran

Nama      : Anandya Deasyandra
NPM      : 37411761
Kelas     : 4ID04

1.       Apa arti titel sarjana buat Anda?
Jawab:
Bagi saya, titel sarjana merupakan suatu pencapaian dari apa yang telah saya lakukan di bangku perguruan tinggi. Titel sarjana menunjukkan bahwa saya telah pantas lulus dengan ilmu yang didapat selama 4 tahun kuliah. Karena titel sarjana didapatkan dengan membuat Tugas Akhir yang merupakan aplikasi dari teori yang didapatkan dari bermacam-macam mata kuliah yang telah dilalui, dan menunjukkan bahwa saya telah dapat memahami dengan tepat permasalahan di dunia nyata, khususnya di bidang industri, dan cara menyelesaikannya.

2.       Apa arti kejujuran buat hidup Anda?
Jawab:

Kejujuran merupakan hal yang penting dan berharga bagi saya dan sangat berkaitan dengan kepercayaan yang diberikan oleh seseorang. Kepercayaan terkadang merupakan hal yang sangat sulit didapat dan tentunya tidak dapat dibeli dengan uang. Sekali kepercayaan itu dirusak oleh kebohongan maka seluruh kepercayaan yang diberikan oleh seseorang selama bertahun-tahun dapat rusak untuk selamanya. Jika seseorang tidak dipercaya lagi, maka kejujuran yang telah ia utarakan akan sangat sia-sia, karena tidak ada orang yang percaya bahwa ia mengatakan hal yang benar. Jadi, selama kepercayaan bisa dijaga dengan kejujuran maka jagalah kepercayaan itu dengan sebaik-baiknya.

Senin, 30 Maret 2015

Etika Profesi

Nama            : Anandya Deasyandra
NPM             : 37411761
Kelas            : 4ID04

1.        Apa sebenarnya kepakaran dari seorang sarjana teknik industri?
2.        Tuliskan karakter-karakter tidak ber-ETIKA menurut kalian dalam kehidupan sehari-hari (beri 5 contoh dan analisa) ?
3.        Tuliskan aktivitas tidak ber-ETIKA profesional dalam bekerja (beri 5 contoh dan analisa) ?

Jawaban:

1.        Seorang sarjana teknik industri yang sesungguhnya memiliki bidang kepakaran yang cukup luas. Teknik industri merupakan perpaduan dari bidang ilmu sosial dan sains. Peran utama dari seorang sarjana teknik adalah merancang dan memperbaiki. Khusus untuk sarjana teknik industri, yang dirancang dan diperbaiki adalah sistem kerja. Seorang sarjana teknik industri yang sebenarnya dapat menganalisis sistem kerja yang ada dan memperbaikinya sehingga sistem dapat berjalan lebih baik dari sebelumnya. Seorang sarjana teknik industri juga harus mampu untuk menentukan solusi yang teroptimal sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan dengan modal yang seminimal mungkin. Inti dari seluruh keahlian yang harus dimiliki oleh sarjana teknik industri adalah bagaimana meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas dalam suatu sistem kerja.
Kepakaran dari seorang sarjana teknik industri pada dasarnya dapat dibagi ke dalam 3 bidang keahlian, yaitu sistem manufaktur, manajemen industri, dan sistem industri. Sistem manufaktur berkaitan dengan sistem produksi, perencanaan dan pengendalian produksi, pemodelan sistem, perancangan tata letak pabrik, dan ergonomi. Tujuan dari memiliki keahlian dalam bidang sistem manufaktur ini adalah untuk dapat meningkatkan kualitas, produktivitas, dan mengefisiensikan input yang terdiri dari manusia, mesin, material, energi, dan informasi. Manajemen industri adalah bidang keahlian yang di dalamnya mencakup manajemen keuangan, manajemen kualitas, manajemen inovasi, manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, manajemen keputusan dan ekonomi teknik. Sistem industri dan tekno ekonomi adalah bidang keahlian yang mencakup statistika industri, sistem loogistik, logika pemrograman, operational research, dan sistem basis data. Inti dari seluruh keahlian yang harus dimiliki oleh sarjana teknik industri adalah bagaimana meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas dalam suatu sistem kerja.

2.    Karakter-karakter tidak ber-ETIKA dalam kehidupan sehari-hari
a.    Selalu menganggap diri sendiri benar.
     Karakter ini tidak boleh dimiliki dalam kehidupan sehari-hari karena orang tersebut tidak dapat menginstropeksi dirinya sendiri dan mengembangkan dirinya menjadi orang yang lebih baik. Karakter ini dapat menyebabkan orang tersebut menjadi berpikiran dangkal dan tidak terbuka.
b.    Merendahkan orang lain.
     Karakter ini jika dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan sikap sombong. Merendahkan orang lain seharusnya tidak dilakukan karena suatu saat orang tersebut pasti memerlukan bantuan dari orang-orang yang pernah direndahkannya tersebut.
c.    Suka memfitnah.
     Karakter ini dapat mencoreng nama baik seseorang dan dapat merusak masa depan dari orang tersebut. Seperti kata pepatah fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
d.    Tidak toleransi terhadap suku bangsa dan penganut agama lain.
     Karakter ini dapat merusak persatuan negara dan menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.
e.    Tidak menepati janji.
     Karakter ini jika dibiarkan akan mengakibatkan orang tersebut tidak dipercaya oleh orang-orang di sekitarnya. Kepercayaan yang diberikan pada seseorang mahal harganya dan dapat hilang dalam sekejap ketika orang tersebut ternyata mengecewakan kita.

3.        Aktivitas tidak ber-ETIKA profesional dalam bekerja
a.      Mengumbar rahasia perusahaan.
Tidak ada tempat yang sempurna seperti halnya tempat kerja. Sebagai seorang profesional sudah seharusnya orang tersebut menjaga rahasia perusahaan dan tidak mengumbar kekurangan dari perusahaan tersebut.
b.      Terlambat dalam bekerja
Waktu adalah hal yang penting dalam pekerjaan. Terlambat sedetik dapat berpengaruh besar terhadap tempat kerja. Sudah seharusnya sebagai seorang profesional lebih menghargai waktu.
c.       Membawa masalah pribadi dalam pekerjaan.
Terkadang hubungan dengan rekan kerja dapat memburuk. Seharusnya masalah pribadi yang ada tidak dibawa ke dalam pekerjaan karena dapat menghambat pekerjaan di tempat kerja.
d.      Tidak memiliki inisiatif dalam bekerja.
Inisiatif sangat  diperlukan dalam pekerjaan. Sebagai seorang profesional, seharusnya memiliki inisiatif agar pekerjaan menjadi lebih baik dan tidak perhitungan dalam bekerja.
e.      Tidak bekerja sesuai jabatan.
Setiap perusahaan sudah memiliki struktur organisasinya sendiri dan tiap bagian sudah memiliki job desk masing-masing. Karyawan yang tidak berkerja sesuai job desk dapat menghambat perusahaan secara keseluruhan.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_Industri

Minggu, 07 Desember 2014

Tugas Softskill 2: Perencanaan Organisasional

Perencanaan adalah proses menentukan bagaimana organisasi dapat mencapai tujuannya, dimana ditujukan pada tindakan yang tepat melalui melalui proses analisa, evaluasi, seleksi diantara kesempatan-kesempatan yang diprediksi terlebih dahulu.
Tujuan Perencanaan adalah membentuk usaha yang terkoordinasi dalam organisasi. Perencanaan Organisasional mempunyai dua tujuan:
ü  Tujuan Perlindungan (Protective) : meminimisasikan resiko dengan mengurangi ketidakpastian disekitar kondisi bisnis dan menjelaskan konsekuensi tindakan manajerial yang berhubungan.
ü  Tujuan Kesepakatan (Affirmative) : meningkatkan tingkat keberhasilan organisasional.
Koontz O’Donnel menyatakan maksud perencanaan “untuk melancarkan pencapaian usaha dan tujuan”. Pengorganisasian adalah suatu proses pembentukan kegunaan yang teratur untuk semua sumber daya dalam sistem manjemen. Penggunaan yang teratur tersebut menekankan pada pencapian tujuan sistem manajemen dan membantu wirausahawan tidak hanya dalam pembuatan tujuan yang nampak tetapi juga didalam menegaskan sumber daya yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada hakikatnya, tiap sumber daya organisasional mewakili suatu investasi darimana sistem manajemen harus dapat pengembaliannya. Pengorganisasian yang sesuai dari sumber daya-sumber daya tersebut akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari penggunaanya.
Henry Fayol telah mengembangkan 16 garis pedoman umum yang bisa digunakakn ketika mengorganisasi sumber daya-sumber daya, yaitu:
1.        Menyiapkan dan melaksanakan rencana operasional secara bijaksana.
2.    Mengorganisasi faset kemanusiaan dan bahan sehingga konsisten dengan tujuan, sumber   daya, dan kebutuhan dari per soalan tersebut.
3.        Menetapkan wewenang tunggal, kompeten, enerjik, dan menuntun.
4.        Mengkoordinasi semua aktivitas-aktivitas dan usaha-usaha.
5.        Merumuskan keputusan yang jelas, berbeda, dan tepat.
6.   Menyusun seleksi yang efisien sehingga tiap-tiap departemen dipimpin oleh seorang manajer yang kompeten, enerjik, dan tiap-tiap karyawan ditempatkan pada tempat dimana dia bisa menyumbangkan tenaganya secara maksimal.
7.       Mendefinisikan tugas-tugas.
8.       Mendorong inisiatif dan tanggung jawab.
9.       Menberikan balas jasa yang adil dan sesuai bagi jasa yang diberikan.
10.   Memfungsikan sanksi terhadap kesalahan dan kekeliruan.
11.   Mempertahankan disiplin.
12.   Menjamin bahwa kepentingan individu konsisiten dengan kepentingan umum dari organisasi.
13.   Mengakui adanya satu komando.
14.   Mempromosikan koordinasi dahan dan kemusiaan.
15.   Melembagakan dan memberlakukan pengawsan.
16.   Menghindari adanya pengaturan, birokrasi, dan kertas kerja.
Keuntungan dan Kerugian dalam Pembagian Tenaga Kerja antara lain:
Keuntungan:
1.       Pekerja berspesialisasi dalam tugas tertentu sehingga keterampilan dalam tugas tertentu meningkat.
2.       Tenaga kerja tidak kehilangan waktu dari satu tugas ke tugas yang lain.
3.       Pekerja memusatkan diri pada satu pekerjaan dan membuat pekerjaan lebih mudah dan efisien.
4.     Pekerja hanya perlu mengetahui bagaimana melaksanakan bagian tugas dan bukan proses keseluruhan produk.
Kerugian:
1.   Pembagian kerja hanya dipusatkan pada efisiensi dan manfaat ekonomi yang mengabaikan variabel manusia.
2.      Kerja yang terspesialisasi cenderung menjadi sangat membosankan yang akan berakibat tingkat produksi menurun.
Menurut Chester Barnard akan makin banyak perintah manajer yang diterima dalam jangka panjang jika:
1.      Saluran formal dari komunikasi digunakan oleh manajer dan dikenal semua anggota organisasi.
2.      Tiap anggota organisasi telah menerima saluran komunikasi formal melalui mana dia menerima   perintah.
3.      Lini komunikasi antara manajer bawahan bersifat langsung.
4.      Rantai komando yang lengkap.
5.      Manajer memiliki keterampilan komunikasi yang memadai.
6.      Manajer menggunakan lini komunikasi formal hanya untuk urusan organisasional.
7.      Suatu perintah secara otentik memang berasal dari manajer.
SUMBER:
http://home.unpar.ac.id/~lpkm/dasar-dasar%20pengorganisasian.html

Minggu, 19 Oktober 2014

Tulisan Kewirausahaan

Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankankegiatan usahanya atau bisnisnya. Seorang wirausaha bebas merancang, menentukan, mengelola dan mengendalikan semua usahanya. Seseorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu ke waktu, seorang wirausaha selalu meningkatkan usahanya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa henti karena dengan berkreasi dan berinovasilah semua peluang dapat diperolehnya.
Pada hakekatnya, semua orang memiliki jiwa seorang wirausaha, yang artinya semua orang bisa menjadi wirausaha. Akan tetapi, tidak semua orang bisa menjadi wirausaha yang dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan sebagainya. Faktor ekonomi yang dapat menyebabkan seseorang tidak bisa menjadi seorang wirausaha dapat berupa ketidakadaannya dana untuk membangun sebuah usaha sehingga menghambat orang tersebut tidak berwirausaha. Faktor lingkungan yang menyebabkan seseorang tidak bisa menjadi seorang wirausaha adalah karena masyarakat yang tidak mendukung berjalannya sebuah usaha yang dimiliki oleh orang tersebut. Faktor lain yang dapat menyebabkan orang tidak bisa menjadi wirausaha adalah faktor dari dalam diri orang tersebut, yang dapat berupa kurangnya minat atau keberanian dari dalam diri seseorang untuk menjadi seorang wirausaha. Karena untuk menjadi seorang wirausaha, kita harus siap untuk gagal. Dan hal tersebutlah yang jarang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya.
Keengganan masyarakat untuk mendirikan sebuah usaha menjadikan mereka ketergantungan terhadap orang lain. Mereka lebih menyukai bekerja pada orang lain dan dibayar oleh orang lain daripada bekerja untuk diri sendiri dan mempekerjakan orang lain. Padahal, negara-negara berkembang seperti negara Indonesia sangat membutuhkan orang-orang yang mempunyai jiwa wirausaha untuk mengurangi masalah terbesar di Indonesia, yaitu pengangguran.
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri atau karakteristik seorang wirausaha yang jarang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
1.      Memiliki Rasa Percaya Diri
Entah karena takut salah atau karena hal lain, masyarakat Indonesia masa kini menjadi tidak memiliki kepercayaan diri. Hal tersebut terbukti saat mereka duduk dibangku pendidikan. Saat ditanya oleh guru atau dosen, jarang diantara mereka yang berinisiatif untuk mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan sang guru. Bahkan beberapa diantara mereka lebih memilih ditunjuk daripada mengangkat tangan mereka.
2.      Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Maksudnya adalah seorang wirausaha harus mempunyai sikap tanggung jawab pada tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Ia juga harus bertanggung jawab pada hasil dari tugas yang dibebankannya. Dan sayangnya, masyarakat Indonesia sangat sedikit yang memiliki sikap ini. Sebagian dari mereka menganggap enteng tugas-tugas yang dibebankan padanya. Misalnya saja, bila seorang mahasiswa diberi tugas yang akan dikumpulkan sampai hari Senin, ia akan mengumpulkan tugasnya pada hari Minggu atau bahkan hari Senin.
3.      Berani Mengambil Resiko
Sebagai wirausaha yang baru, seseorang haruslah berani mengambil resiko dan  menghadapi resiko apapun terhadap langkah yang telah diambilnya.  Seseorang pernah berkata bahwa kita tidak akan pernah memulai sesuatu jika belum pernah mengalami kegagalan.
Richard Cantillon adalah orang pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18. Ia mengatakan bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung resiko. Dalam mengambil tindakan, wirausaha hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaan-nya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, yang artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya.
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, ‘seorang wirausaha yang berani menanggung resiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan menang dengan cara yang baik. Wirausaha kurang menyukai resiko yang terlalu rendah. Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis.Wirausaha menghindari situasi resiko yang rendah karena dianggap tidak ada tantangannya, dan menghindari situasi resiko yang tinggi karena ingin berhasil.
4.      Memiliki Jiwa Kepemimpinan
Kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha untuk memimpin anak-anak buahnya atau pegawainya. Seseorang tidak akan bisa menjadi seorang wirausaha bila ia tidak bisa memimpin, baik memimpin diri sendiri maupun memimpin orang lain.
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, dan lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia selalu menampilkan produk-produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan. Seorang wirausaha juga harus memiliki taktik mediator dan negosiator daripada diktator.
5.      Keorisinilan
Keorisinilan atau keaslian maksudnya bahwa orang yang ingin menjadi wirausaha mempunyai ide-ide kreatif yang asli dan murni dari dirinya, bukan dari orang lain atau hasil dari plagiarism. Namun sayangnya, kebanyakan masyarakat Indonesia saat ini tak mau berfikir dan mengemukakan pendapatnya kepada orang lain. Dan karena hal tersebut, kebanyakan masyarakat saat ini lebih menyukai menjiplak pendapat orang lain dan yang lebih parahnya lagi, mereka bisa mengatasnamakan jiplakannya tersebut sebagai hasil karyanya.
6.      Berorientasi ke Masa Depan
Seorang wirausaha harus mempunyai pandangan tentang masa depannya dan sangat bertekad untuk meraih kesuksesan di masa depan. Seorang wirausaha haruslah bisa memprediksi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang sangat dibutuhkan oleh mangsa pasarnya di kemudian hari, tidak stuck hanya memikirkan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat saat ini.
Seorang wirausaha hendaknya harus mampu menatap masa depan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya adalah pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada. Walaupun dengan resiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dan tekun dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan di masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu, ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
7.      Jujur dan Tekun
‘Kejujuran dan ketekunan merupakan kunci kesuksesan,’ begitulah pepatah mengatakan. Ternyata untuk menjadi seorang wirausaha juga dibutuhkan sikap jujur dan tekun. Jujur terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan pegawai-pegawainya. Tekun dalam mencari ide-ide baru yang lebih kreatif dari ide-ide yang sudah ada dan tekun dalam merintis usahanya yang baru akan mulai berkembang. Jika seorang wirausaha tidak jujur dan tidak tekun, bisa dipastikan wirausaha tersebut tidak akan berhasil dalam usahanya.
8.      Memiliki Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat dalam berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda, motif berprestasi adalah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2.      Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan atau kegagalan.
3.      Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4.      Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5.      Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang. Jika tugas yang diemban seorang wirausaha dirasa sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
9.      Memiliki Kreativitas Tinggi
Menurut Teodore Levite, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir tentang hal-hal baru dan berbeda. Oleh karena itu, menurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir tentang sesuatu yang lama dengan cara-cara yang baru. Menurut Zimmerer dalam bukunya yang ditulis oleh Suryana (2003:24) dengan judul bukunya ‘Entrepreneurship and The New Venture Formation’, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang telah lama dan berfikir tentang sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu, kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada. Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari.
10.  Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang handal tidaklah semudah yang dibayangkan. Namun, wirausaha juga tidak sesulit yang dibayangkan oleh kabanyakan orang, karena walau bagaimanapun setiap orang sedang dalam proses belajar berwirausaha. Setiap wirausaha harus selalu berkreasi dan berinovasi agar usahanya tetap berkembang meski menjamurnya saingan. Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam ‘intuisi’ yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha. ‘Intuisi’ ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif yang dapat digunakan untuk berkreasi dan berinovasi.
11.  Selalu Memiliki Komitmen dalam Pekerjaan, Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatiannya pada usaha yang digelutinya. Dalam menjalankan usahanya tersebut, seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang menggebu-gebu dan memiliki semangat yang tinggi dalam mengembangkan usahanya. Ia tidak pernah setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, selalu bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada. Tanpa usaha yang sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang digelutinya, wirausaha sehebat apapun pasti akan menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu, penting sekali bagi seorang wirausaha untuk memiliki komitmen terhadap usaha dan pekerjaannya.
12.  Mandiri atau Tidak Ketergantungan pada Orang Lain
Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif dalam mengembangkan ide dan pikirannya terutama dalam menciptakan peluang usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain. Seorang wirausaha dituntut untuk selalu menciptakan hal baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya, mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, seorang wirausaha hendaknya mandiri dan tidak bergantung pada orang lain agar ia dapat lebih berkreasi dan berinovasi dengan kemampuannya.
13.  Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
14.  Memiliki Kemampuan Manajerial
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk memanajerial atau mengurus usaha yang sedang digelutinya. Seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, memvisualisasikan usaha, mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaannya yang kesemuanya itu adalah merupakan kemampuan manajerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha. Tanpa itu semua, seorang wirausaha tidak akan mendapat keberhasilan, melainkan kegagalan.
Selain ciri-ciri, seorang wirausaha juga menunjukkan sifat-sifat yang selalu ditunjukkan dalam kehidupan sehari-harinya adalah sebagai berikut.
1.      Disiplin
Dalam melakukan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausaha terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja, dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausaha meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausaha akan komitmen tersebut. Seorang wirausaha harus taat pada azas yang berlaku. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausaha memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausaha akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
2.      Berkomitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausaha harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausaha terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya. Seorang wirausaha yang teguh menjaga komitmennya terhadap konsumen akan memiliki nama baik di mata konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaiitu memperoleh laba yang diharapkan.
3.      Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausaha. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh seorang wirausaha.
4.      Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausaha harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada di pasar selama ini. gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
5.      Mandiri
Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa adanya ketergantungan ddengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Pada prinsipnya seorang wirausaha harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
6.      Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berfikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya. Banyak seorang calon wirausaha yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausaha tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan atau sumbang saran yang berkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
Dibawah ini adalah contoh sikap-sikap yang akan ditunjukkan oleh seorang wirausaha dalam kehidupannya sehari-hari.
1.      Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, dan optimisme.
2.      Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik, dan memiliki inisiatif.
3.      Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
4.      Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
5.      Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
6.      Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
7.      Memiliki keyakinan bahwa itu sama dengan kerja keras.
Menurut Zimmerer, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan seorang wirausaha, diantaranya:
1.      Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2.      Kurang berpengalaman. Baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, ketrampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3.      Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4.      Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5.      Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6.      Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7.      Sikap yang kurang bersungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi lebih besar.
8.      Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan atau transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa ternyata mendirikan atau mempunyai sebuah usaha atau bisnis tidaklah gampang dan tidak semua orang bisa melakukannya. Tetapi, kita harus tetap yakin bahwa kita pasti mampu melakukannya. Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak?

Sumber:
http://puputseptiaherawati.blogspot.com/2013/04/karakteristik-wirausaha_28.html